Kamis, 10 September 2015
Rabu, 09 September 2015
BENARKAH DIABETES TIDAK DAPAT DISEMBUHKAN ?
Posted by
Unknown
On
Rabu, September 09, 2015
|
No comments
BENARKAH DIABETES TIDAK DAPAT DISEMBUHKAN ?
Betulkah diabetes tidak dapat disembuhkan?
Ada diabetes yang tidak dapat disembuhkan, ada yang tidak. Definisi “sembuh” dalam hal ini adalah kadar gula darah tetap normal sehingga tidak berlanjut menyebabkan komplikasi.
Diabetes tipe 1 pada umumnya tidak dapat disembuhkan. Diabetes yang biasanya dimulai di usia anak-anak ini disebabkan oleh tidak diproduksinya insulin karena sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas (disebut sel beta) yang menghasilkan insulin. Penderita diabetes tipe 1 harus menyuntikkan insulin secara rutin agar bertahan hidup.
Sebaliknya, diabetes tipe 2 bisa disembuhkan asalkan belum terlanjur parah. Penyembuhan diabetes lebih dikenal sebagai pembalikan (reversing), yaitu membalikkan perkembangan penyakit ke posisi sebelum diabetes. Istilah pembalikan ini lebih disukai daripada penyembuhan karena diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif, yang semakin lama semakin parah bila tidak dikelola. Selain itu, penyakit ini bukan disebabkan oleh suatu infeksi atau penyebab tertentu yang bisa diobati lalu kemudian sembuh total. Diabetes tipe 2 bisa diibaratkan seperti istri atau suami yang pencemburu. Dia akan selalu setia menemani Anda dan akan “rewel” minta perhatian apabila Anda tidak menjalani hidup sesuai kemauannya!
Bagaimana diabetes 2 berkembang?
Sebelum membahas bagaimana cara membalikkan diabetes tipe 2, mari kita pahami bagaimana diabetes tipe 2 berkembang. Penyebab paling umum dari diabetes tipe 2 adalah kelebihan berat badan, yang umumnya mengikuti pola lingkaran setan sbb:
- Anda terbiasa mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, lemak jenuh dan lemak trans, namun rendah serat, vitamin dan mineral.
- Asupan karbohidrat tinggi menyebabkan tubuh memacu produksi insulin yang berperan untuk memasukkan gula dalam darah sebagai sumber makanan ke dalam sel-sel.
- Kelebihan karbohidrat disimpan sebagai lemak di sekitar perut, termasuk di sekitar liver dan pankreas.
- Kadar insulin yang terus tinggi dan timbunan lemak menyebabkan sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin (diperlukan insulin lebih besar untuk memasukkan jumlah gula yang sama ke sel-sel tubuh).
- Resistensi insulin menyebabkan lonjakan kadar gula, terutama setelah makan.
- Pankreas memproduksi lebih banyak lagi insulin untuk mengatasi lonjakan kadar gula darah.
- Kadar gula yang tinggi di dalam darah menyebabkan perasaan lesu dan kadar insulin tinggi menyebabkan rasa lapar.
- Rasa lesu membuat malas beraktivitas dan rasa lapar sering mendorong makan berlebihan.
- Kurang aktivitas dan terlalu banyak makan menyebabkan penambahan berat badan dan meningkatkan resistensi insulin lebih lanjut.
- Sel-sel pankreas yang terus-menerus digenjot untuk memproduksi insulin ekstra akhirnya akan kelelahan dan kemudian rusak.
- Kelelahan dan kerusakan sel-sel pankreas ini menyebabkan produksi insulin menurun, dan kadar gula darah meningkat tajam, yang menyebabkan gejala diabetes seperti rasa lelah, haus, dan sering buang air kecil.
Ingat bahwa meskipun kelebihan berat badan berkaitan erat dengan pengembangan diabetes tipe 2, tidak semua orang memiliki toleransi yang sama. Ada orang yang mengalami diabetes setelah BMI di atas 40, ada pula yang sudah timbul diabetesnya dengan BMI 25. (Karena tubuhnya berfungsi normal misalnya ketika BMI-nya di bawah 22).
Memutus siklus perkembangan diabetes tipe 2
Untuk membalikkan perkembangan diabetes, Anda harus memutus siklus di atas dengan beberapa langkah sbb:
- Pilih makanan yang ramah diabetes , yaitu yang tidak mengandung banyak karbohidrat dan karbohidratnya lebih lambat diserap oleh tubuh. Semakin sedikit karbohidrat yang Anda makan, semakin sedikit insulin yang tubuh Anda perlukan. Demikian pula, semakin lambat karbohidrat diserap, semakin santai kerja pankreas untuk memasok insulin. Cepat lambatnya karbohidrat dari suatu makanan diserap ke dalam darah diukur dengan apa yang disebut indeks glikemik. (Lihat artikel mengenai indeks glikemik). Sebagai pedoman mudah, pilihlah makanan yang tinggi serat, kaya buah-buahan dan sayuran berwarna-warni, dan rendah gula dan tepung. Batasi porsi nasi putih Anda, kalau bisa gantilah dengan nasi beras merah atau ubi-ubian berserat. Hindari makanan yang mengandung tepung putih seperti roti, sereal dan kue-kue. Begitu pula semua makanan yang mengandung sirup fruktosa, pemanis buatan (aspartam, sorbitol , dll), dan minyak terhidrogenasi (yang menjadi asam lemak trans dalam aliran darah), seperti kebanyakan kerupuk, keripik dan keju olahan.
- Aturlah waktu makan Anda. Pilih makanan yang kaya protein untuk sarapan Anda setiap hari, seperti telur, susu kedelai, tahu dan tempe. Ambil kudapan ramah diabetes setiap 4 jam untuk menjaga kadar insulin dan glukosa darah normal dan mencegah lonjakan glukosa karena “makan besar” Anda terlalu banyak. Selesaikan makan setidaknya 2 – 3 jam sebelum tidur.
- Lakukan kegiatan fisik/olah raga secara teratur. Lakukan latihan aerobik 30-60 menit, 5- 6 kali seminggu. Latihan Anda harus cukup intensif sehingga mencapai target denyut jantung latihan yang disarankan. (Untuk menghitungnya, silakan gunakan kalkulator ini). Olahraga dan aktivitas fisik akan membakar lemak dan menurunkan resistensi insulin. Selain itu, tentu saja, juga baik untuk kesehatan Anda secara umum.
- Kelola stres. Stres berperan besar dalam ketidakseimbangan gula darah. Stres dapat memicu resistensi insulin, meningkatkan berat badan, meningkatkan peradangan, dan akhirnya dapat menyebabkan diabetes . Jadi sangat penting untuk mengelola stres dengan berbagai teknik seperti beribadah, pijat, latihan pernapasan, menikmati hobi, dll.
- Gunakan obat jika diperlukan. Sejumlah obat dapat membantu membalikkan diabetes. Ada beberapa jenis obat-obatan untuk diabetes, masing-masing dengan efek berbeda. Kadang-kadang dokter meresepkan obat kombinasi. Obat kelas biguanida seperti metformin berkhasiat meningkatkan sensitivitas insulin. Obat kelas sulfonilurea seperti Glibenklamida berkhasiat merangsang produksi insulin oleh pankreas. Obat-obatan ini dapat berdampak buruk dalam jangka panjang sehingga pemberiannya harus dengan pengawasan dokter.
Jumat, 18 April 2014
PELUANG BISNIS
Posted by
Unknown
On
Jumat, April 18, 2014
|
No comments
Cara Menjadi Member Herbalife |
Wujudkan sukses anda bersama herbalife, melalui metode terbaik yang
sudah diterapkan oleh Herbalife di banyak negara. Tidak perlu pendidikan
tinggi untuk sukses di Herbalife.
Makanan Berlemak Rusak Syaraf Lambung Bikin Berat Badan Susah Turun !
Posted by
Unknown
On
Jumat, April 18, 2014
|
No comments
Mengubah pola makan
tak sehat umumnya diikuti penurunan berat badan. Namun, tak jarang berat
badan kembali naik. Menurut peneliti dari Australia, mungkin syaraf
lambung rusak karena terbiasa dengan makanan berlemak.
Tim peneliti dari University of Adelaide fokus terhadap syaraf
lambung yang memberitahukan otak ketika perut penuh setelah makan.
Mereka menunjukkan bahwa syaraf kurang responsif pada tikus yang diberi
makanan berlemak. Yang lebih parah, syaraf tersebut masih bekerja kurang
baik meski tikus sudah diberi makanan yang menyehatkan.
“Syaraf lambung tak kembali normal walau sudah kembali ke makanan normal. Artinya, Anda perlu makan lebih banyak agar bisa kenyang seperti orang-orang sehat,” jelas Amanda Page, pemimpin studi ini, seperti dilansir Daily Mail.
Masalah ini diperburuk oleh hormon lapar bernama leptin. Biasanya, leptin membantu mencegah kita makan banyak. Namun, jika menghadapi banyak makanan berlemak, leptin beraksi di syaraf lambung. Sinyal kenyangpun semakin sulit mencapai otak.
Efeknya tampak jelas pada tikus. Hewan yang beralih dari junk food ke makanan menyehatkan turun berat badannya di awal, namun cepat naik lagi. Meski eksperimen ini dilakukan pada tikus, Page mengatakan bahwa implikasinya sangat kuat pada orang yang obesitas, mereka yang sedang menurunkan berat badan, dan orang-orang yang sedang berusaha mempertahankan berat badan.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan seberapa lama efek tersebut bertahan dan apakah ada cara lain, baik secara kimiawi atau cara lainnya, untuk mengakali lambung agar kembali ke kondisi normal,” ujar Page, seperti dimuat di International Journal of Obesity.
Namun, ketua UK Association for the Study of Obesity Profesor Jason Halford menyarankan agar kita tak berputus asa. Orang-orang yang ingin ramping perlu menerapkan rencana diet dan olahraga yang jadi rutinitas sehari-hari tanpa terlalu membatasi diri.
“Perubahan jangka panjang dalam perilaku adalah kunci keberhasilan yang tahan lama,” kata Halford. Untuk mempertahankan berat badan yang sudah turun, orang-orang yang sedang berdiet harus makan 300 kalori lebih sedikit dibanding mereka yang berbobot sama namun tidak berdiet.
Sumarji
“Syaraf lambung tak kembali normal walau sudah kembali ke makanan normal. Artinya, Anda perlu makan lebih banyak agar bisa kenyang seperti orang-orang sehat,” jelas Amanda Page, pemimpin studi ini, seperti dilansir Daily Mail.
Masalah ini diperburuk oleh hormon lapar bernama leptin. Biasanya, leptin membantu mencegah kita makan banyak. Namun, jika menghadapi banyak makanan berlemak, leptin beraksi di syaraf lambung. Sinyal kenyangpun semakin sulit mencapai otak.
Efeknya tampak jelas pada tikus. Hewan yang beralih dari junk food ke makanan menyehatkan turun berat badannya di awal, namun cepat naik lagi. Meski eksperimen ini dilakukan pada tikus, Page mengatakan bahwa implikasinya sangat kuat pada orang yang obesitas, mereka yang sedang menurunkan berat badan, dan orang-orang yang sedang berusaha mempertahankan berat badan.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan seberapa lama efek tersebut bertahan dan apakah ada cara lain, baik secara kimiawi atau cara lainnya, untuk mengakali lambung agar kembali ke kondisi normal,” ujar Page, seperti dimuat di International Journal of Obesity.
Namun, ketua UK Association for the Study of Obesity Profesor Jason Halford menyarankan agar kita tak berputus asa. Orang-orang yang ingin ramping perlu menerapkan rencana diet dan olahraga yang jadi rutinitas sehari-hari tanpa terlalu membatasi diri.
“Perubahan jangka panjang dalam perilaku adalah kunci keberhasilan yang tahan lama,” kata Halford. Untuk mempertahankan berat badan yang sudah turun, orang-orang yang sedang berdiet harus makan 300 kalori lebih sedikit dibanding mereka yang berbobot sama namun tidak berdiet.
Sumarji
Nasi Bisa Sebabkan Kecanduan ?
Posted by
Unknown
On
Jumat, April 18, 2014
|
No comments
NASI BISA SEBABKAN KECANDUAN
Makanan tertentu ternyata dapat memicu ‘kecanduan’ bagi
penikmatnya. Bahkan, kecanduan makanan mirip dengan kecanduan narkoba
dan rokok.
Dalam sebuah penelitian dipimpin David Ludwig, makanan yang memiliki
indeks glikemik (GI) tinggi, seperti nasi, kentang, roti putih bisa
menyebabkan efek ngidam.Umumnya, makanan tinggi GI merupakan makanan yang tinggi gula dan karbohidrat. Indeks glikemik merupakan ukuran seberapa cepat makanan menyebabkan perubahan kadar gula darah.
Menggunakan teknologi MRI, peneliti mempelajari reaksi otak 11 pria untuk menunjukkan bagaimana kecanduan makanan dapat terjadi. Temuan dalam American Journal of Clinical Nutrition menyimpulkan bahwa karbohidrat pada makanan olahan bisa menyebabkan rasa lapar berlebihan dan merangsang bagian otak tertentu yang memicu ‘kecanduan’.
Semakin tinggi tingkat GI maka semakin cepat makanan menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Alhasil, menyebabkan rasa ingin makan terus dan terus karena merasa cepat lapar.
Ehmm, pantas saja jika masyarakat Indonesia merasa belum makan kalau belum pakai nasi.
Jangan Biarkan Tubuh Terlalu Kurus
Posted by
Unknown
On
Jumat, April 18, 2014
|
No comments
Berbagai
penyakit kronis memang lebih suka bersarang di tubuh gemuk, namun bukan
berarti kurus selalu sehat. Tubuh yang susah dibikin gemuk justru
menandakan gangguan metabolisme, yang jika dibiarkan sama bahayanya
dengan tubuh gemuk.
Sejak awal, doktrin yang mengatakan bahwa kurus itu bagus memang
menyesatkan. Tubuh yang bagus memiliki perbandingan ideal antara tinggi
badan dengan berat badan, sedangkan jika terlalu kurus maka daya tahan
tubuhnya akan berkurang dan rentan terhadap penyakit.
Bukan hanya itu, tubuh kurus yang tidak bisa gemuk meski sudah makan banya juga menunjukkan adanya gangguan kronis pada sistem metabolisme makanan. Proses pengolahan makanan di dalam tubuh terjadi terlalu cepat, sehingga tidak diserap dengan maksimal.
Menurut sebuah penelitian terbaru, gangguan metabolisme itu juga mempercepat proses penuaan sehingga bisa memperpedek usia harapan hidup seseorang. Penelitian itu memberikan hasil yang kurang lebih sama ketika dilakukan pada hewan maupun manusia.
Pada manusia, penelitian yang dilakukan para ahli dari National Institute of Health tersebut melibatkan 652 partisipan dan dilakukan selama 21 tahun. Peneliti mendapati, laju metabolisme makanan pada beberapa partisipan bertubuh kurus lebih cepat dibandingkan nilai rata-rata.
“Secara teori, makin tinggi laju metabolik endogen atau banyaknya energi yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh untuk berfungsi normal, maka semakin pendek usia seseorang,” ungkap peneliti, Dr Reiner Jumpertz seperti dikutip dari Dailymail, Senin (2/4/2011).
Untuk mengurangi laju metabolisme hingga mencapai nilai normal, Dr Jumpretz mengatakan bahwa olahraga akan sangat membantu. Sama seperti orang gemuk yang ingin kurus, orang kurus juga harus berolahraga jika ingin metabolismenya berlangsung normal.
Bukan hanya itu, tubuh kurus yang tidak bisa gemuk meski sudah makan banya juga menunjukkan adanya gangguan kronis pada sistem metabolisme makanan. Proses pengolahan makanan di dalam tubuh terjadi terlalu cepat, sehingga tidak diserap dengan maksimal.
Menurut sebuah penelitian terbaru, gangguan metabolisme itu juga mempercepat proses penuaan sehingga bisa memperpedek usia harapan hidup seseorang. Penelitian itu memberikan hasil yang kurang lebih sama ketika dilakukan pada hewan maupun manusia.
Pada manusia, penelitian yang dilakukan para ahli dari National Institute of Health tersebut melibatkan 652 partisipan dan dilakukan selama 21 tahun. Peneliti mendapati, laju metabolisme makanan pada beberapa partisipan bertubuh kurus lebih cepat dibandingkan nilai rata-rata.
“Secara teori, makin tinggi laju metabolik endogen atau banyaknya energi yang dibutuhkan oleh organ-organ tubuh untuk berfungsi normal, maka semakin pendek usia seseorang,” ungkap peneliti, Dr Reiner Jumpertz seperti dikutip dari Dailymail, Senin (2/4/2011).
Untuk mengurangi laju metabolisme hingga mencapai nilai normal, Dr Jumpretz mengatakan bahwa olahraga akan sangat membantu. Sama seperti orang gemuk yang ingin kurus, orang kurus juga harus berolahraga jika ingin metabolismenya berlangsung normal.
Yuk kita konsumsi herbalife untuk mendapatkan badan ideal. Untuk pemesanan hubungi kami ya di
08988970465 A/n: Sumarji
08988970465 A/n: Sumarji
085650863745 A/n Juniati
Lingkaran Perut Melebihi Separuh Tinggi Badan ? Awas Mati Muda
Posted by
Unknown
On
Jumat, April 18, 2014
|
No comments
Jakarta, Risiko kematian dini akibat penyakit kronis
seperti jantung dan diabetes bisa diprediksi dari perbandingan lingkar
perut dengan tinggi badan. Parameter tersebut diklaim lebih akurat
dibanding menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).
Para peneliti dari Oxford Brookes University mengungkap, lingkar
perut seseorang sebaiknya tidak lebih dari separuh tinggi badannya.
Makin besar ukuran lingkar perutnya, maka risiko mati muda karena
berbagai penyakit kronis akan meningkat.
Jika lingkar perut mencapai 80 persen dari tinggi badan, seseorang punya risiko meninggal 17 tahun lebih awal dibandingkan orang-orang dengan lingkar perut yang lebih kecil. Lingkar perut besar berhubungan dengan risiko sakit jantung, stroke dan diabetes.
Temuan ini terungkap saat para ilmuwan melakukan pengamatan pada sejumlah partisipan pada tahun 1980-an. Pada masa itu, para ilmuwan melakukan pengukuran terhadap lingkar perut dan kemudian membandingkannya dengan tinggi badan masing-masing.
Dengan membandingkan rasio yang didapatkan, para peneliti menemukan bahwa lingkar perut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harapan hidup yang teramati beberapa puluh tahun kemudian. Bahkan menurut para ilmuwan, rasio ini lebih akurat dibanding IMT.
“Jika Anda mengukur rasio lingkar perut dengan tinggi badan maka Anda mendapat proteksi lebih awal jika terjadi sesuatu, dan kemudian Anda bisa melakukan sesuatu untuk mengatasinya,” kata salah seorang peneliti, Dr Margaret Ashwell seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (14/5/2013).
Mengukur lingkar perut penting dilakukan karena bisa menunjukkan jumlah lemak yang tertimbun di rongga perut. Lemak perut yang disebut juga visceral fat merupakan faktor risiko berbagai penyakit penyebab sindrom metabolik yang bisa memicu kematian dini.
Jika lingkar perut mencapai 80 persen dari tinggi badan, seseorang punya risiko meninggal 17 tahun lebih awal dibandingkan orang-orang dengan lingkar perut yang lebih kecil. Lingkar perut besar berhubungan dengan risiko sakit jantung, stroke dan diabetes.
Temuan ini terungkap saat para ilmuwan melakukan pengamatan pada sejumlah partisipan pada tahun 1980-an. Pada masa itu, para ilmuwan melakukan pengukuran terhadap lingkar perut dan kemudian membandingkannya dengan tinggi badan masing-masing.
Dengan membandingkan rasio yang didapatkan, para peneliti menemukan bahwa lingkar perut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harapan hidup yang teramati beberapa puluh tahun kemudian. Bahkan menurut para ilmuwan, rasio ini lebih akurat dibanding IMT.
“Jika Anda mengukur rasio lingkar perut dengan tinggi badan maka Anda mendapat proteksi lebih awal jika terjadi sesuatu, dan kemudian Anda bisa melakukan sesuatu untuk mengatasinya,” kata salah seorang peneliti, Dr Margaret Ashwell seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (14/5/2013).
Mengukur lingkar perut penting dilakukan karena bisa menunjukkan jumlah lemak yang tertimbun di rongga perut. Lemak perut yang disebut juga visceral fat merupakan faktor risiko berbagai penyakit penyebab sindrom metabolik yang bisa memicu kematian dini.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)